Peope viewing d'blax-blog

Sabtu, Oktober 23, 2010

'Indon', Sebuah Penghinaan?

Malaysia. Mendengar nama Negara ini akan langsung membuat sebagian orang naik pitam. Mereka tidak suka akan ‘ulah’ yang dilakukan oleh negeri jiran ini. I was one of them. Karena itu, saya pernah memprakarsai untuk menunjukkan kebencian saya terhadap Malaysia dengan membuat baju bertuliskan ‘Visit Malingsia’. Malaysia dianggap sebagai Negara yang sering ‘mengklaim’ kebudayaan yang ada di Indonesia, menyiksa TKI yang mencari penghasilan di Malaysia dan berbagai penghinaan lainnya. Namun dengan berjalannya waktu, kebencian saya terhadap Malaysia memudar seiring bertambahnya pemahaman tentang kebudayaan, nasionalisme, human migration serta seiring meluasnya jaringan pertemanan dengan orang-orang dari Negara lain.

'Indon' for Indonesia and Indonesian?

Kita sering menganggap dihina oleh orang Malaysia ketika mereka memanggil kita dengan sebutan Indon. Istilah Indon dianggap memiliki makna yang buruk dan menjatuhkan dan bagi kita, panggilan ini biasanya hanya ditujukan kepada pembantu rumah tangga serta buruh asing yang berasal dari Indonesia. Namun di Malaysia, sebutan Indon ditujukan kepada semua orang Indonesia. Hal ini bukan berarti mereka menganggap hina semua orang Indonesia melainkan sebutan ini sudah menjadi hal yang biasa bahkan potensial bagi pemasaran suatu produk di Malaysia. Fenomena lain yang terjadi di Malaysia adalah penyebutan Bangla kepada orang Bangladesh.

Sebenarnya hal yang sama juga terjadi di Indonesia ketika menyebutkan kata Amrik, Aussie atau Singapur untuk merujuk Negara atau orang Amerika Serikat, Australia dan Singapura. Penyebutan tersebut dilakukan demi efisiensi.

Bahasa bersifat dinamis dan terus berkembang. Dinamika bahasa terjadi pula pada makna suatu kata. Berbagai faktor membuat makna kata dapat berubah atau bergeser dari makna sebelumnya. Perkembangan sosial dan budaya serta perbedaan konteks pemakaian merupakan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi perubahan makna suatu kata. Dalam ilmu kebahasaan, sebuah kata dapat mengalami perluasan makna atau generalisasi. Contohnya, kata ‘bapak’ yang dulunya hanya untuk mengacu pada orang tua laki-laki namun sekarang kata ‘bapak’ berarti orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

Istilah Indon juga mengalami generalisasi di Malaysia yang dulunya hanya ditujukan kepada pembantu atau buruh dari Indonesia. Namun sepertinya, beberapa orang Indonesia tetap menganggapnya sebagai sebuah penghinaan. Akhirnya pada tahun 2007, pihak Indonesia memberikan protes resmi kepada Malaysia terkait penggunaan istilah Indon. Tidak lama kemudian, Malaysia mengeluarkan larangan penggunaan istilah ini. Media massa Malaysia pun sudah tidak menggunakan istilah ini lagi meski orang-orang Malaysia masih tetap menggunakannya.

Hal yang kurang berimbang dari fenoma penggunaan istilah Indon ini adalah kita menganggap Malaysia menghina kita melalui istilah tersebut namun beberapa media di Singapura, Filipina bahkan Australia, masih menggunakan istilah ini dalam headline berita mereka hingga saat ini. 

Tidak ada komentar: