Peope viewing d'blax-blog

Sabtu, Juli 17, 2010

Terima Kasih, Not Just A Thanks!

Tadi pagi (17/7) setelah shalat subuh yang agak kesiangan, saya merasa lapar. I needed something to put in my stomach. Tapi sayangnya, kompor gas saya tidak bisa menyala karena gasnya sudah habis. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil uang untuk membeli gado-gado, meski pada akhirnya saya merasa kurang puas karena lebih banyak lontong dibanding sayurannya. Sebenarnya ada satu hal yang masih stuck di pikiran saya setelah membeli gado-gado tadi, yaitu ketika penjualnya mengucapkan ‘makasih’.

makasih, terima kasih, tarima kasi’, dan thanks merupakan kata-kata yang lazim diucapkan oleh seorang Indonesia, khususnya di kota Makassar, sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap apa yang telah lawan bicara lakukan sebelumnya. Namun intuisi seorang linguist saya muncul ketika saya memikirkan tentang kata tersebut. Berikut analisis saya mengenai kata ‘terima kasih’.

Bagi saya terima kasih memiliki sense yang berbeda dengan thanks. Berdasarkan sumber yang saya baca, kata thanks berasal dari bahasa Inggris Tua, yaitu þancian. Kata þancian sendiri berasal dari Proto Jermanik, thankojan, yang memiliki akar kata dari Proto Indo-Eropa, tong. Namun, ketiga kata-kata yang membentuk kata thanks ini bermakna ‘perasaan’ dan ‘pikiran’. Jadi dapat saya simpulkan bahwasanya ‘thanks’ hanya berupa ungkapan syukur orang yang mengucapkannya.

Di Afrika Selatan, seorang penutur bahasa Afrikaans berterima kasih dengan mengucapkan tramma kassie. Saya tidak begitu yakin apakah sense dalam kata ini sama dengan yang dimiliki dalam kata yang berbahasa Indonesia karena menurut sejarawan Yahudi, Shlomo Sand, manusia cenderung malas menemukan kata baru yang mewakili sense dan meaningnya. Kecendrungan yang ada adalah manusia menggunakan sebuah kata yang sudah ada untuk mewakili sense dan meaning ketika kata tersebut pertama digunakan,(kembali) tanpa mempertimbangkan sense dan meaning awalnya.

 

Terima kasih terdiri dari dua kata yaitu ‘terima’ (accept atau take) dan ‘kasih’ (love atau affection). Ketika seseorang mengucapkan terima kasih, tidak berarti dia mengharapkan untuk mendapatkan ‘kasih’ dari lawan bicaranya.  Namun sebaliknya, there is a sense of spreading love or affection when someone say terima kasih to another.  We can simply say that ‘terima kasih’ means ‘accept this love’ or ‘take my affection’.

Hal ini ekuivalen ketika seseorang mengucapkan  dalam bahasa Arab السلام عليكم (as-salāmu `alaykum) atau שלום עליכם (shalom aleichem) dalam bahasa Ibrani yang merupakan frasa untuk menyapa ketika bertemu seseorang yang secara literal berarti ‘damai kepadamu’. Pada kedua frasa ini, juga terdapat sebuah pesan untuk menyebarkan kedamaian kepada semua orang.

Jadi, selain berupa ungkapan rasa syukur dan penghargaan terhadap orang lain, ‘terima kasih’ memiliki pesan yang kuat yaitu spirit of brotherhood dan rasa kasih saying serta persatuan yang dimiliki oleh pembicara dan pendengarnya. Oleh karena itu, jangan lupa berterima kasih kepada seseorang yang telah berjasa padamu. Pesan lain dalam pemaparan ini adalah saya tidak bermaksud mengatakan bahwa bahasa yang satu lebih baik dari bahasa lainnya. Namun bahasa-bahasa memiliki keunikannya masing-masing.

Terima Kasih!